Mayoritas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia mengalami dampak negatif dari pandemi Covid-19. Akibat daya beli masyarakat yang menurun dan pembatasan mobilitas, banyak UMKM yang akhirnya terpaksa mengurangi kapasitas produksi atau bahkan menutup sementara usahanya.
Potret tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan oleh kontan.co.id terhadap ratusan UMKM di wilayah Jabodetabek. Disebutkan bahwa 82,9 persen pelaku UMKM di wilayah ini mengalami dampak negatif. Sebaliknya, hanya 5,9 persen yang mendapatkan dampak positif. Seperti apa gambaran lainnya?
Pengaruh Terhadap Omzet
Kebijakan pengendalian pandemi berujung pada lesunya perkenomian. Hal ini berimbas langsung terhadap laju usaha para pelaku UMKM. Sebanyak 63,9 persen pelaku UMKM di Jabodetabek dilaporkan mengalami penurunan omzet hingga lebih dari 30 persen. Sementara hanya 3,8 persen UMKM saja yang omzetnya merangkak naik.
Langkah Bertahan dari Pandemi
Banyak cara dilakukan pelaku UMKM untuk tetap bisa bertahan hidup. Rata-rata pelaku UMKM memilih menurunkan produksi barang dan jasa mereka, serta mengurangi jam kerja para karyawan. Sebagian UMKM juga mengurangi jumlah karyawan dan membatasi saluran penjualan atau pemasaran produk mereka.
Namun, tetap ada sebagian kecil pelaku UMKM yang mengambil langkah terbalik dari para pelaku usaha lain. Di saat sebagian besar membatasi saluran pemasaran, beberapa UMKM justru menambah saluran pemasaran. Ini dimaksudkan sebagai strategi untuk bisa survive.
Ketahanan yang Relatif Baik
Pemerintah berulang kali memuji UMKM sebagai salah satu pilar penting perekonomian negara. Ini tak salah karena sebagian besar pelaku UMKM menyatakan optimisme mereka untuk bisa survive dari cobaan wabah virus corona.
Sebanyak 62,6 persen pelaku UMKM optimistis bertahan selama satu tahun melalui krisis akibat pandemi. Di samping itu, 68 persen pelaku UMKM juga optimistis terhadap kebijakan new normal seusai pandemi ini.
Potret Digitalisasi UMKM
Pemerintah kerap mendorong pelaku UMKM untuk go digital. Namun prakteknya tak semudah itu. Tak sedikit pelaku UMKM yang ternyata belum siap untuk merambah digitalisasi. Kendati pelaku UMKM sudah menggunakan internet, namun mayoritas hanya untuk hiburan. Tak sedikit yang belum mengetahui cara mempromosikan atau memasarkan produk di kanal-kanal digital.