Shares

Kemajuan teknologi yang begitu masif mendorong transformasi di berbagai aspek kehidupan. Tak seperti dulu, kini memesan makanan atau berbelanja apapun dapat dilakukan cukup melalui gawai. Begitu pula dengan layanan perbankan. Dulu, kita harus menuju ke teller bank atau ATM untuk bisa melakukan transaksi.

Transformasi di banyak hal, termasuk perbankan, semakin gencar berkat revolusi industri 4.0. Digitalisasi diterapkan di mana-mana. Dunia mulai mengenal istilah macam artificial intelligence, cloud computing, hingga blockchain.

Seperti diberitakan Kontan pada 22 Agustus 2021, perbankan sejak beberapa tahun terakhir mulai menghadapi momentum pergeseran pola transaksi, dari konvensional ke digital. Salah satu indikatornya, banyak bank yang mulai mengurangi kantor cabang dan menutup ATM. Sementara, penggunaan layanan digital berbasis uang elektronik meningkat signifikan, baik secara volume maupun nominal.

Didorong Peningkatan Digital Opportunity & Behaviour

Jika dilihat lebih dalam, aktivitas keuangan melalui layanan digital banking terus mengalami peningkatan. Aktivitas tersebut contohnya menabung secara digital (76 persen), belanja online (71 persen), pembayaran tagihan (69 persen), pesan antar makanan (55 persen), hingga top up e-wallet (52 persen).

Di sisi lain, transformasi itu juga didorong oleh peningkatan digital opportunity dan digital behaviour di masyarakat. Beberapa indikatornya adalah kepemilikan gawai seperti ponsel atau laptop yang sudah mencapai lebih dari 50 persen, serta lama akses internet masyarakat Indonesia yang mencapai rata-rata 8 jam per hari. Dan dari delapan jam tersebut, akses ke mobile banking mencapai 39,2 persen.

Artificial Intelligence Kunci Digitalisasi Perbankan

CNBC pada 3 November 2021 pernah menyebut istilah data is the new oil, atau artinya data adalah minyak yang baru. Istilah itu diperkenalkan Clive Humby, matematikawan dan pengusaha asal Britania Raya.

CNBC menulis bahwa perkembangan teknologi gawai dan digital, artificial intelligence, big data, hingga cloud computing, ditambah pandemi Covid-19 mengharuskan semua orang untuk beradaptasi dan secara perlahan beralih ke layanan perbankan digital.

Merujuk buku Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), salah satu dampak yang paling kentara terjadi di sektor keuangan adalah perubahan transaksi perbankan. Kini nasabah lebih berfokus pada layanan digital atau online melalui mobile banking, internet banking, serta call center yang semuanya dikelola artificial intelligence. Melihat masifnya transformasi layanan perbankan, rasanya kita perlu berterima kasih terhadap pesatnya kemajuan teknologi yang memungkinkan semua itu dapat terjadi.

Tantangan Industri Perbankan

Indusri perbankan di Indonesia diyakini bakal berkembang lebih pesat lagi. Seiring telah disusunnya Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2021-2025 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dilansir medcom.id pada 18 Februari 2021, di roadmap tersebut terdapat empat pilar. Pertama penguatan struktur dan keunggulan kompetitif perbankan nasional. Pilar pertama ini termasuk dengan peningkatan permodalan.

Kedua, akselerasi transformasi digital. Ini mencakup penguatan tata kelola dan manajemen risiko TI, mendorong penggunaan open API, cloud, blockchain, AI, superapp, dan omnichannel. Pilar ketiga, penguatan peran terhadap ekonomi nasional, yang mencakup pengoptimalan peran dan pembiayaan ekonomi, mendorong pendalaman pasar keuangan melalui multiactivities business, hingga meningkatkan akses dan edukasi keuangan. Sementara pilar keempat mencakup penguatan, pengaturan, perizinan, dan pengawasan.